Sambungan
Cerbung #1
Aku pun berlalu. Kuhiraukan semua
ejekaan dan makian kak Fikry tentangku. Telinga ini serasa panas jika aku harus
mendengar semua kicauan kak Fikry yang membuatku semakin muak.
“suara
kaleng seperti motor butut, tak enak didengar, tak enak di perut” kak Fikry bernyanyi-nyanyi nggak
jelas. Entah lagu apa yang ia nyanyikan. Yang pasti, lagu itu ditujukan
untukku.
Aku tak merespon dan menunjukkan air
muka bete, suntuk, kesel. Pokoknya campur aduk deh kaya gado-gado (mending
gado-gado enak rasanya, lha ini bikin hati gue sumpekkkk !)
Walaupun aku tak merespon, tetap saja kak Fikry meledekku. Ibarat kata,
sampai mulutnya berbuihpun takkan pernah berhenti untuk meledekku sebelum azal
menjemputnya. Tetapi, hatiku tak sekuat baja supaya bisa menahan amarah yang
sengaja dipancing oleh kak Fikry
“puas banget, ya kak Fikry ngeledekin Maura. Ketawa saja terus sampai pita
suara kak Fikry putus dan harus di opersi sampai berpuluh-puluh jahitan.”
Bentakku kepada kak Fikry dengan suara tinggi, meskipun tidak sopan berbicara
dengan nada tinggi terhadap orang yang lebih tua.
Sayangnya, kak Fikry malah tertawa terbahak-bahak
seakan-akan apa yang kuucapkan hanya kekonyolan semata. “kak Fikry ngeselin.
Kak Fikry nyebelin!” ucapku sambil bergegas pergi keluar rumah untuk pergi ke
sekolah tak lupa pintu di tutup dengan keras membuat jantung mama hampir saja
copot. Sedangkan kak Fikry malah melongo seakan-akan kejadian itu hanya ilusi.
Sampai-sampai aku lupa Salim dan mengucapkan salam kepada mama tetapi tidak
untuk kakakku yang stress itu.
Bel sekolah telah berbunyi. Membuat siswa-siswi yang terlambat lari kocar-kacir
supaya bisa masuk ke sekolah yang pada akhirnya harus berurusan dengan guru
BP/BK untuk mendapatkan sanksi supaya jera untuk tidak melakukan kesalahan yang
sama. Tetapi, tidak denganku. Aku bisa tertawa puas dikelas karena tidak
terlambat masuk ke kelas. Berhaha-hihi bersama teman. Sesuai dengan temaku hari
ini. Cerah.
Tetapi, kecerahan itu mulai meredup setelah guru super killer (guru matematika)
datang. Dengan modal tampang yang galak, ia telah berhasil membuat kelas
menjadi normal kembali. Pak Ridwan menjinjing tasnya yang sangat kuno dan
meletakkannya di atas meja. Ia duduk sambil berucap “siapkan kertas selembar.
ULANGAN !”jelasnya
“hahhhh…..!”serentak siswa kelas 9A melongo
untuk beberapa detik kemudian menutup mulutnya kembali selama beberapa
detik terbuka lebar (untung tidak ada lalat yang masuk).
“Arghh…..ngapain sih,
si pak tua ini ulangan segala. Gak lihat apa orang lagi senang-senangnya
diganngu!” gerutuku
dalam batin
“Mauraaa!” panggil pak Ridwan dengan nada tinggi
“ya, pak”jawabku kaget
“cepat siapkan kertas selembar. Jangan melamun
saja!” bentaknya
“ya pak”jawabku tertunduk malu.
“bisa nggak, sih nggak usah pake nada suara tinggi. Bisa-bisa pamor gue jatuh
gara-gara kau, pak tua!”hatiku berkomat-kamit didalam
hati
Entah kenapa aku tak bersemangat lagi
seperti pagi tadi. Tema hatiku berpindah haluan menjadi bermuram durja.
Bukan lagi cerah. Selama istirahat, aku hanya melamun di kelas, menggambar
benang kusut di sehelai kertas, dan beberapa kali aku menguap. Betapa bosannya
hidupku. Sedangkan teman-temannku yang lain bisa berhaha-hihi tanpa beban. Tak
terasa istirahat telah berakhir. Fakhri si ketua kelas yang doyan banget jemput
guru masuk ke kelas sambil membawa tumpukkan kertas. Aku yang melihat hal
tersebut, penyakit keponya mulai kumat. Tanpa disuruhpun aku langsung bertanya
kepada Fakhri dengan mimik wajah yang jutek. “ Fakhri, loe bawa apaan?” tanyaku
berbasa-basi.
“Menurut loe, gue bawa apaan?gorengan?!”jawab
Fakhri tak kalah jutek. Mendengar jawaban fakhri, aku merasa wajahku berubah
menjadi kecut. Refleks bibirku berubah 180
dari bibir normalnya. Melihat hal itu,
Fakhri segera mengambil tindakan supaya tidak terjadi perang dunia ke 3
“ini kertas ulangan yang sudah dinilai oleh pak Ridwan. Eh......loe nggak
usah so jelek deh. Punya wajah jelek bangga banget.” ledeknya sambil tertawa
kecil.
“enak aja loe ngatain gue jelek. Gue itu cantik” ucapku terhadap perkataan dari
Fakhri. Aku tak terima Fakhri mengatakan kalau aku itu jelek
“ia sih loe cantik kalau…..”Fakhri memperlambat bicaranya membuatku semakin ingin
tahu,. “kalau apa?”tanyaku
tak sabar “you look beautiful if you join with ugly
people community”ucapnya sambil tertawa lepas. Mendengar ucapan dari mulut harimau(Fakhri)
telingaku seakan-akan mengeluarkan
asap. Wajahku merah padam. Perang dunia
ke 3 benar-benar akan terjadi setelah melihat tingkah lakuku gara-gara fakhri. Untungnya, aku masih bisa menahan esmosi.
Ups... ralat(emosi)dan mencoba tersenyum walaupun kata-kata si mulut harimau
itu telah menggoreskan luka di hatiku. Sedangkan Fakhri segera menjauh dariku. Takut diterkam oleh ganasnya beruang madu kalau lagi ngambek. Ia segera membagikan hasil ulangan siswa-siswi
kelas 9A. Ia melihat kertas ulangan matematikaku dan nilainya adalah 50. Fakhri kaget bukan main. Aku menganggap kagetnya Fakhri itu
karena ia kaget kalau aku bisa dapat nilai 100. Nggak ada salahnya kan kalau
aku pe-de sedikit. Lagian, aku-kan mencoba untuk positif thinking.
Fakhripun menghampiri mejaku. ku
lihat raut wajahnya. Masih seperti tadi. “jangan-jangan
nilaiku 100, lagi”umpatku dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Sedangkan Fakhri merasa aneh melihat tingkah lakuku. Seperti melihat alien
cengar-cengir sendiri. Tiba-tiba Fakhri mengagetkanku, hingga khalayanku sirna.
“woy….ngelamun aja. Nih, nilai ulangan
matematika, loe!”ucapnya sambil memberikan kertas ulangan. Sepertinya, ia tidak
ikhlas memberikan kertas ulangan matematika kepadaku.
“woless…donk…woles…eh, nilai ulangan matemaika
gue 100, kan? Ngaku aja deh ?!ucapku
“heuhh….ge-er banget sih, loe. Lihat aja sendiri”ucapnya
sebal
“Uhhh….dasar
cowok. Nggak pernah mau ngakuin kalau cewek itu lebih unggul daripada cowok.” Batinku
Aku ingin sekali melihat nilai
ulangan matematika. Tapi, setelah dipikir-pikir, nanti aja deh. Aku mau bikin
surprise buat mama, papa, and khususnya buat kak Fikri yang selalu saja
meledekku karena sikapku yang begitu konyol di matanya. Padahal, kak Fikri itu nggak
nyadar kalau adiknya yang cantik, putih, baik, nggak sombong, dan rajin
menabung ini pintar. Ya, bisa dikatakan pintar terpendam. Sengaja aku memendam
kepintaranku ini. Aku mencoba mengalah dan membiarkan orang lain berprestasi.
Tapi, suatu saat aku akan menunjukkan kepada dunia begitu pintarnya diriku.
***
Suasana kelas 9A begitu gaduh. “Yuhuuuu….merdeka!!
tidak ada guru. Bebas dari tugas. Horeee….!!”teriakku yang juga di dukung oleh
siswa-siswi 9A, kecuali Fakhri. Ia orang yang paling menentang kalau guru gak
ada kelas jadi gaduh. Tuh anak nggak bisa diajak kompromi. Sekali aja, bebas
dari namanya belajar. Nggak puyeng tuh otak belajar terus. Kali ini, aku tak
melihat si kutu kupretˡ di kelas. Sudah ketebak, pasti lagi jemput guru
kalau nggak minta tugas ke guru piket. Tugas, tugas, tugas…menyebalkan.
kutu kupretˡ (sebutan untuk Fakhri karena ia
orangnya kutu buku. Kalau di sebut si kutu buku, terlalu bagus plus nggak cocok sama orangnya. Kutu
kupret (copy-paste dari sinetron yang lagi booming)
Fakhri masuk ke kelas dengan lesu.
wajahnya di tekuk. Segera ia menulis tugas di papan tulis. Berikut isi tugasnya.
“Berhubung
waktu tinggal 5 menit lagi, maka kerjakan tugas Fisika halaman 25. Besok
dikumpulkan”
Alhamdulillah, gurunya nggak bakal
masuk. Lagian si kutu kupret terlalu rajin, sih.
Bel pulang berbunyi……
Sorak sorai bergembira kelas 9A
menyambut bel pulang sekolah. Seolah-olah tak sabar untuk pulang karena
seharian sudah di penjara di dalam kelas. Berdoa sebelum pulang sekolahpun
lupa. Uhhh….hatiku tak sabar melihat ekspresi wajah kak Fikri yang kaget bukan
main melihat nilaiku.
Sesampainya di rumah…..
Rumah tampak sepi. Tak ada orang
satupun. Si bawel kak Fikri pasti belum pulang dari kuliahnya. Membosankan. Aku
segera masuk ke kamarku yang berantakan. Aku belum sempat merapikan kamarku
lebih tepatnya aku tak pernah merapikan
tempat tidurku. Aku segera mengganti baju, setelah itu, aku kembali masuk ke
kamarku. Tiba-tiba terdengar suara motor ninja di beranda rumah. Aku sudah
memastikan bahwa kak Fikri sudah datang. Kak Fikri selalu memakai motor
ninjanya untuk menggaet hati para wanita, ia selalu berkata begitu.
Ia masuk begitu saja, tanpa mengucap
salam terlebih dahulu. Aku segera menyambut kedatangannya.
“waalaikum salam”sindirku
“maaf kakak lupa,
assalamualaikum”ucapnya
Aku tak menjawab salamnya
“kok nggak di jawab?”Tanyanya heran
“kan tadi sudah?!ucapku seadanya. Sedangkan
wajahnya langsung berubah kecut.
Kak
Fikry pun berlalu dengan mimik wajah datar plus
kecut. Aku ingin sekali memperlihatkan nilai ulanganku, tapi nanti aja deh. Kalau
sudah pada kumpul plus kalau kak Fikry
ekspresi wajahnya datar seperti piring, dia hanya diam seribu bahasa walaupun orang
di sekelilingnya mengajak untuk berkomunikasi (jarak dekat).
Selang
beberapa menit, kak Fikry pergi lagi dengan mengenakan jeans dan kemeja plus
memakai parfum penakluk wanita. Baunya itu, lho......kayak wangi parfum minyak
nyong-nyong. Dan untuk kedua kalinya,
kak Fikty lupa untuk mengucapkan salam. Main nyelonong aja.
“
waalaikumsalam”sindirku
“ooh iya. Lupa, assalamualiakum”ucapnya
Aku
tak merespon.
“kok
gak di jawab. Jangan bilang kalau kamu mau nge-jawab , kan sudah tadi” ucapnya
sambil memperagakkan gayaku tadi.
“nggak,
kok. Siapa bilang?”jawabku
“terus
mau jawab apa?”tanya kak Fikry penasaran
“Maura
mau jawab, INGAT UMUR DONK....MASA
NGUCAPIN SALAM SAMPAI LUPA BEGITU, SIH. DASAR KAKEK...!!!!”ucapku setengah
berteriak. Sedangkan kak Fikry malah menutup kedua telinganya karena saking
cemprengnya suaraku.
“udah
ceramahnya?”tanyanya ketus
“yup.
Cukup sekian dan terima kasih”
JJJ
Siang berganti
sore. Sore berganti malam. Tibalah saatnya untuk memberikan surprise kepada mereka. Mumpung lagi pada
ngumpul dim ruang keluarga sambil nonton acara televisi.
“selamat
malam, semua. Maura punya surprise buat mama, papa, dan kak Fikry!”ucapku
sambil menunjukkan air muka ceria
“apa?”tanya
mama, papa, dan kak Fikry berbarengan
“tara!!”aku
memberikan hasil ulangan kepada mama. Papa dan kak Fikry ikut nimbrung untuk
melihat. Dan apa yang terjadi ?? mereka malah bilang.....
“hahahaha........dapat
nilai 50 kok bangga”ucap kak Fikry tertawa lepas
“kamu
itu aneh. Dapat nilai 50, aja bangganya gak ketulungan.” Ucap mama
Aku yang
mendengar komentar dari mama dan kak Fikry bingung. “masa sih aku dapat nilai 50. Nggak mungkin. Pasti mereka ngerjain aku”batinku
“ikh....kok
50. Kan nilainya 100”belaku
“kalo
nggak percaya, tuh, lihat saja sendiri”ucap kak Fikry sambil meletakkan nilai
ulangan matematikaku di atas meja. Dan ternyata benar saja. Mereka tidak
bercanda. Ini seriusan. Nilaiku 50.
“sejak
kapan nilai 100 berubah menjadi nilai 50.”ucapku nge-les
“sejak
tadi. Emang gak ada yang mengganti nilai ulanganmu, keles”ledek kak Fikry
“mulai
sekarang, papa akan me-les privatkan kamu supaya nilaimu gak anjlok!”ucap papa
bijak
“oke-oke bisa di terima”batinku
“dan
semua fasilitasmu seperti handphone, tablet, dan laptop akan mama sita. Kamu bisa
mengambilnya kembali, apabila kamu mendapatkan peringkat 5 besar”ucap mama
dengan nada mengancam
“yang ini tidak bisa di terima”teriakku dalam
batin
Aku berlari
menuju kamarku. Kututup pintu dengan keras. Aku kesal. Kesal tingkat dewa
*lebaynya kumat*. Semua fasilitasku di sita sama mama. Aaarrgghhh.........hidupku
ang glamours akan sirna. Menyebalkan. “Kenapa,
sih, semua orang gak ada yang sayang sama aku. Semua orang sayangnya sama kak
Fikry. Ini gak adil............”batinku